RSS

Category Archives: hotel bersejarah

Hotel Savoy Homann


Tahun 1880, sebuah hotel yang berdinding papan (bilik) setengah tembok direnovasi dan diganti dindingnya dengan tembok utuh dan permanen. Arsitektur bangunan semakin cantik dengan sentuhan langgam arsitekur kolonial dan gaya Art-Deco. Hotel pertama yang ada di Bandung ini bernama Savoy Homann, pendiri dan pemilik pertamanya adalah Homann, berasal dari Jerman.

Hotel terkemuka di Bandung ini adalah salah satu yang terbaik. Para tuan tanah dan pemilik perkebunan teh di seantero Parahyangan biasa menginap di hotel ini di akhir pekan. Pelenyenggaran konfrensi dari tingkat lokal sampai internasional, resepsi, dan pesta besar (grand-ball) sering berlangsung di hotel Homann. Salah satu pesta besar yang diselenggarakan di Homann adalah tahun 1884 dalam rangka pembukaan jalur kereta api Batavia-Bogor-Cianjur-Bandung. Juga pesta besar menyambut “Kongres Teh Sedunia” tahun 1924.

Dari sekian banyak orang-orang besar yang menginap di hotel Homann, berikut adalah salah satu yang fenomenal. Siapa saja? dari buku yang ditulis tahun 1989 oleh kuncen Bandung, Haryoto Kunto, dalam bukunya berjudul “Savoy Homann: Persinggahan Orang-orang Penting”, mereka adalah:

Dua Raja Siam (Thailand)
Mereka adalah Raja Chulalonkorn pada tahun 1901 dan Pangeran Prajathipok Paramintara (yang datang ke kota ini tahun 1909. Kehadiran dua raja Thailand itu tertera dalam prasati batu alam di curug (curug = air terjun, sundanese) Dago yang ditemukan kembali di awal tahun 1989 ini. Pada batu tersebut tertulis inisial nama raja dalam huruf Thai. Lengkap dan angkat tahun dan usia sang raja. Di kota Bandung sendiri Pangeran Paribatra, kerabat Raja Siam, pernah mendirikan villa “Dahapati” di Jl. Cipaganti. Sampai kini, lahan depan Villa sang Pangeran Siam yang ditempati pompa bensin disebut Beunderan Siem.

Raja Siam yang datang ke Bandung menginap di hotel Homann. Selama di Bandung, beliau mengunjungi Curug Dago setiap malam untuk bertapa. Menurut salah satu Biksu dari Vihara Menteng Jakarta, pada umumnya Raja Thailand akan mendatangi suatu tempat, selain karena untuk bersemedi, tempat tersebut juga mempunyai pemandangan yang indah juga suci dan keramat. Air curug Dago sejak lama memang dikeramatkan oleh penduduk pribumi. Hal ini mengingat tidak jauh dari lokasi Curug Dago terdapat bekas perkampungan purba dan beberapa situs Megalitik, tempat pemujaan nenek moyang bangsa Indonesia.

Dua Raja Jawa
Saat kedatangan Sunan Solo, Pakubuwono X, di Bandung, beritanya hadir di halaman depan harian “Preanger Bode” yang beredar di seantero kota Bandung. Hal ini membuat warga Bandung, khususnya yang berasal dari Jawa, berduyun-duyun berdiri bahkan duduk di jalan dan trotoar depan hotel Homann. Mereka berniat untuk ngalap berkah dari Sang Sunan. Asyiknya adalah situasi tetpa tertib, tenang, dan aman.

Satu lagi Raja dari Jawa Tengah yang sering singgah di Bandung dan menginap di hotel Homann. Sri Mangkunegoro VII dari Solo yang tergolong Raja Jawa yang kaya raya karena memiliki pabrik gula, perkebunan, dan pemegang saham dari beberapa perusahaan di Jawa. Beliau juga memiliki pasukan khusus bernama Legiun Mangkunegaran. Pada waktu Raja ini berkunjung ke Bandung, beliau berwisata ke Gunung Tangkuban Parahu. Pada saat akhir kunjungannya, Sri Mangkunegoro mengadakan jamuan hotel di hotel Homann bagi para kerabat dan anggota pasukan Legiun yang sedang mengikuti latihan dan pendidikan militer di Bandung dan Cimahi.

Sultan Deli
Adalah raja dari Deli Serdang Sumatera Utara yang berkunjunga ke Bandung dengan membawa rombongan yang lumayan jumlahnya. Sultan Deli beserta keluarga mengenakan pakaian yang kearab-araban, termasuk kedua putrinya yang memakai cadar. Ketika senja tiba, putri-putri canitk ini biasanya nongkrong di balkon hotel untuk memamerkan keberadaannya pada khalayak ramai di Bandung, terutama pada para cowok. Maklumlah, setiap harinya di kerajaan mereka, mereka dipingit dalam kamar.

Para Jajaka Bandung tentu saja senang dan sering menggoda para putri raja dengan siulan dan panggilan, juga tepuk tangan. Pada beberapa kesempatan, iseng-iseng putri Sultan menaburkan uang perak dari balkon. Kusir delman dan supir taksi kontan sontak berebutan uang recehan tersebut. Keesokannya, pagi siang dan malam, banyak orang berdesakan mengadu nasib di depan hotel Homann. Uang seperak yang dibagikan oleh putri Sultan sebanding dengan nonton film satu kali di bioskop dan makan kenyang di Alun-alun Bandung.

Bintang Film Hollywood

Di saat Bandung sedang dilanda demam nonton film, banyak berdiri bioskop-bioskop yang memutar film bisu. Charlie Chaplin adalah salah satu rajanya film bisu, mega bintang yang sedang dipuja-puja. Begitu cantiknya alam pesona Bandung hingga seorang Chaplin sampai dua kali plesir di Bandung. Yang pertama tahun 1927 dan disusul pada tahun 1935. Di kunjungan yang pertamanya, Chaplin datang bersama Mary Pickford, seorang aktris yang tidak kalah ngetopnya dengan Chaplin.

Kedatangan dua artis besar kelas dunia ini tentu saja membuat heboh warga Bandung. Mereka berkumpul di depan hotel Homann dan berteriak-teriak, “Plin..! Chapliinnn! Saking hiruk pikuknya, panitia melakukan aksi kecoh agar pasangan Chaplin-Pickford bisa keluar hotel untuk rekreasi bahkan check out. Panitia menyewa dua anggota Braga Tonil dan meminta mereka menyamar sebagai Chaplin. Chaplin palsu keluar lewat pinteu depan sementara Chaplin asli keluar lewat pintu belakang. Sejak kunjungan singkat mereka, pada pintu kamar tempat mereka menginap tertera inskripsi nama dan tanggal kedatangan Chaplin dan Pickford. Sayang prasasti itu telah hilang semasa pendudukan Jepang.

 
Leave a comment

Posted by on April 11, 2012 in hotel bersejarah

 

Grand Preanger Hotel


Pada tahun 1884, ketika para Priangan planters (pemilik perkebunan di Priangan ) mulai berhasil dalam usaha pertanian dan perkebunan di sekitar kota Bandung – dahulu bernama Priangan – mereka mulai sering datang untuk menginap dan berlibur ke Bandung. Kebutuhan mereka disediakan oleh sebuah toko di Jalan Groote Postweg (sekarang Jalan Asia Afrika). Tetapi kemudian toko itu bangkrut, sehingga pada tahun 1897 oleh seorang Belanda bernama W.H.C. Van Deeterkom toko itu diubah menjadi sebuah hotel dan diberi nama Hotel Preanger Kemudian pada tahun 1920 berubah menjadi Grand Hotel Preanger .

Selama seperempat abad Grand Hotel Preanger yang berarsitektur gaya Indische Empire menjadi kebanggaan orang-orang Belanda di Kota Bandung yang kemudian pada akhirnya direnovasi dan didesain ulang pada tahun 1929 oleh C.P. Wolff Schoemaker dibantu oleh muridnya, Ir. Soekarno (mantan Presiden RI pertama). Namanya kemudian menjadi lebih terkenal, baik di dalam maupun di luar negeri dan menjadi suatu kebanggaan bagi masyarakat pada saat itu bila mereka menginap di hotel tersebut. Grand Preanger mengalami banyak pergantian pengelola, antara lain oleh N.V. Saut, C.V. Haruman, P.D. Kertawisata dan akhirnya pada tahun 1987 hingga kini dikelola oleh PT.Aerowisata.

 
Leave a comment

Posted by on April 10, 2012 in hotel bersejarah